Jumat, 11 Juli 2008

MOTIVASI SPIRITUAL MERUPAKAN MOTIVASI YANG PALING KUAT PENGARUHNYA

Manusia terdorong untuk melakukan suatu perbuatan sesuai dengan kadar motivasi yang ia miliki. Apabila motivasi yang dimilikinya besar maka motivasi untuk melakukan perbuatan tersebut juga besar. Ukuran motivasi untuk merealisasikan suatu perbuatan sebanding dengan ukuran motivasi yang dimilikinya.

Manusia memiliki motivasi perbuatan yang berbilang, antara lain:
Motivasi Materi (Al-Quwwah Al-Madiyah) yang terepresentasi pada tubuh dan sarana-sarana yang dipergunakan untuk memenuhi keinginannya.
Motivasi Moral (Al-Quwwah Al-Ma’nawiyah) yang terepresentasi pada sifat-sifat moral yang bertujuan agar ia memiliki sifat tersebut.
Motivasi Spiritual (Al-Quwwah Al-Ruhiyah) yang terepresentasi pada kesadaran akan hubungannya dengan Allah atau perasaan akan hubungannya dengan Allah atau keduanya ada pada dirinya secara bersama-sama.

Masing-masing dari tiga motivasi ini memiliki pengaruh pada manusia dalam melakukan perbuatannya. Akan tetapi pengaruh masing-masing motivasi ini pada manusia tidak sama. Motivasi materi paling lemah pengaruhnya, motivasi moral lebih besar pengaruhnya daripada motivasi materi. Sedangkan motivasi spiritual merupakan motivasi yang paling besar pengaruhnya dan paling produktif. Motivasi materi berupa tubuh atau sarana-sarana lainnya, memotivasi pemiliknya untuk tunduk dengan syahwatnya dan beraktivitas sesuai dengan ukuran pemenuhan syahwatnya saja, tidak bisa lebih tinggi dari itu. Kadang kala bahkan sama sekali tidak memotivasinya untuk melakukan perbuatan, walaupun motivasi itu ada padanya. Karena pemiliknya tidak membutuhkan untuk melakukan perbuatan. Oleh karena itu motivasi materi ini terbatas. Keberadaannya tidak secara otomatis mendorong manusia untuk melakukan perbuatan.

Manusia ketika ia ingin memerangi musuhnya maka ia akan mengukur kekuatan tubuh/fisiknya serta mengkaji sarana-sarana fisik yang dimilikinya. Jika ia menilai kekuatan fisik dan sarana-sarana fisik yang dimilikinya cukup untuk memerangi musuhnya maka ia akan melakukannya, sebaliknya jika ia menilai tidak cukup maka ia tidak melakukannya dan kembali lagi. Terkadang ia menilai bahwa kekuatannya sebenarnya cukup untuk mengalahkan musuhnya tetapi ia beranggapan bahwa musuhnya akan dibantu dengan kekuatan yang lebih kuat darinya, sehingga ia takut untuk berperang. Atau ia berpendapat lebih baik mengerahkan kekuatannya untuk kesejahteraan dirinya atau meningkatkan derajat hidupnya sehingga ia tidak melakukan perang. Memerangi musuh merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan manusia tetapi ketika ia ingin melakukannya maka ia akan termotivasi sesuai dengan ukuran motivasi materi yang dimilikinya sehingga motivasinya menjadi terbatas. Akibatnya ia menjadi bimbang untuk melakukan aktivitas ini padahal kekuatan fisiknya sudah terpenuhi. Ketika muncul rintangan-rintangan maka muncul pada dirinya rasa takut dan malas.

Berbeda dengan motivasi moral, motivasi moral ini muncul pertama kali pada diri manusia ketika ia melakukan suatu aktivitas. Kemudian ia berusaha untuk mencapai kekuatan yang cukup untuk beraktivitas tanpa terpaku pada batas kekuatan yang ada. Biasanya motivasi moral ini akan memotivasi pemiliknya lebih besar daripada motivasi materi yang dimilikinya. Terkadang ia masih terpaku pada banyaknya kekuatan yang berhasil dikumpulkannya. Dalam berbagai kondisi motivasi moral memiliki pengaruh yang lebih besar daripada motivasi materi.

Seperti orang yang ingin memerangi musuhnya untuk membebaskan dirinya dari penjajahannya, mendapatkan pengaruh atau kemasyhuran, atau menolong yang lemah dll. Ia memiliki motivasi yang lebih besar daripada orang yang berperang untuk memperoleh ghanimah (rampasan perang), untuk menjajah atau sekedar berkuasa dll. Sebabnya adalah motivasi moral adalah motivasi internal yang dikaitkan dengan mafahim yang lebih tinggi daripada mafahim yang muncul dari naluri dan menuntut pemenuhan tertentu. Maka motivasi tersebut mendorong untuk merealisasikan sarana-sarana yang dipergunakan melakukan pemenuhan sehingga mampu mendominasi motivasi yang muncul dari naluri dan mengalahkan motivasi materi. Dengan demikian motivasi moral lebih dominan daripada motivasi materi.

Oleh Karena itu Negara-negara dunia ini semuanya berlomba-lomba untuk mewujudkan motivasi moral pada tentaranya disertai dengan penyempurnaan kekuatan materinya.

Sedangkan motivasi spiritual merupakan motivasi yang paling banyak pengaruhnya pada diri manusia daripada motivasi moral dan motivasi materi. Karena motivasi spiritual ini muncul dari kesadaran manusia akan hubungannya dengan Allah swt sebagai pencipta segala sesuatu yang ada dan pencipta kekuatan. Kesadaran rasional atau perasaan intuitif terhadap hubungannya dengan Allah ini menjadikan motivasi manusia sesuai dengan ukuran kekuatan yang dimilikinya. Bukan pula sesuai dengan ukuran kekuatan yang mungkin dikumpulkannya. Tetapi kekuatannya sesuai dengan apa yang dituntut Sang Pencipta bagaimana tuntunan itu, baik sesuai dengan kekuatannya, lebih besar atau bahkan lebih kecil. Terkadang tuntutan itu akan mengakibatkan hilangnya kehidupannya secara gamblang atau terkadang menghantarkan pada hilangnya kehidupannya, maka ia akan melakukannya walaupun kekuatan musuhnya lebih besar daripada kekuatan yang dimiliki atau dikumpulkannya. Maka dari sini motivasi spiritual memiliki pengaruh yang terbesar dari semua motivasi yang ada pada manusia.

Akan tetapi motivasi spiritual ini jika muncul dari perasaan intuitif saja, maka dikhawatirkan akan mengalami degradasi dan mudah berubah, karena terdominasi dengan perasaan lainnya atau berubah dengan dialihkan secara keliru pada aktivitas lain yang tidak sesuai dengan motivasinya. Oleh karena itu suatu keharusan motivasi spiritual ini muncul dari kesadaran dan perasaan yang meyakinkan tentang hubungannya dengan Allah, sehingga motivasi ini menjadi kokoh dan senantiasa menjadi motivator yang sesuai dengan apa yang dituntut motivasi tersebut tanpa ada kebimbangan sedikitpun. Apabila motivasi spiritual ini sudah terpatri, maka motivasi moral tidak akan mempunyai pengaruh karena manusia ketika itu akan melakukan perbuatannya sesuai dengan motivasi spiritual saja, bukan dengan motivasi moral. Oleh karena itu ia tidak akan memerangi musuhnya untuk mendapatkan ghanimah, bukan pula agar dianggap sebagai pahlawan, akan tetapi ia memerangi musuhnya Karena Allah menuntut untuk memeranginya, baik ia mendapatkan ghanimah atau tidak. Atau baik ia memperoleh penghargaan kepahlawanannya, atau seorang pun tidak mengetahuinya karena ia tidak melakukan perbuatan itu karena hal tersebut. Tetapi karena semata-mata tuntutan Allah. Adapun motivasi materi akan menjadi sarana-sarana untuk melakukan aktivitas bukan sebagai kekuatan yang mendorong untuk melakukan aktivitas.

Islam sangat menganjurkan agar seorang muslim menjadikan motivasi yang mendorong aktivitas adalah motivasi spiritual walaupun manifestasinya berupa materi dan moral. Karena fundamen spiritual merupakan satu-satunya asas bagi kehidupan dunianya. Aqidah islam dijadikan fundamen kehidupannya, halal dan haram sebagai parameter perbuatannya dan memperoleh ridha Allah swt sebagai tujuan yang diusahakannya. Ia senantiasa melakukan semua perbuatannya baik besar atau kecil sesuai dengan perintah-perintah dan larangan-larangannya dibangun berdasarkan kesadaran akan hubungannya dengan Allah. Maka kesadaran dan perasaan akan hubungannya dengan Allah merupakan kesadaran dan perasaan yang memotivasinya untuk melakukan perbuatannya baik kecil atau besar. Maka ia adalah ruh (spirit) yang menjadi pilar kehidupan dunianya dalam semua perbuatannya sesuai dengan kesadaran dan perasaan yang dimilikinya sekaligus menjadi ukuran kekuatan spiritual pada dirinya. Oleh karena itu wajib bagi setiap muslim untuk menjadikan motivasi spiritual sebagai motivatornya. Motivasi spiritual ini merupakan simpanannya, yang tidak akan hilang sekaligus sebagai rahasia keberhasilan dan kemenangannya.

Tidak ada komentar: